Ketika umat Islam dipojokkan dengan berbagai berita media, dan
hampir seluruh umat Islam pun ikut-ikutan membenarkan berita-berita itu, maka
sungguh semua ini mengingatkanku dengan kisah beberapa abad yang lalu, di mana
kaum munafiq ingin menghancurkan Islam ini dari diri kaum muslimin sendiri. Ya,
dari diri kaum muslimin sendiri. Mereka menyerbarkan fitnah, bahwa Aisyah Ummul
Mukminin melakukan hal-hal yang tidak senonoh.
Kamu tahu? Dampak negatif dari berita ini? Sungguh berita ini,
memporak-porandakan keyakinan kaum muslimin saat itu, hampir seluruh yang
terkena fitnah itu, seakan-akan berkata kepada Rasulullah, bahwa beliau tidak
becus mendidik Aisyah. Rasulullah pun hanya bisa diam, tidak mengajak Aisyah
berbicara, Aisyah sendiri pun merinaikan air mata selama dua hari satu malam,
beberapa sahabat pun ikut-ikutan jatuh dalam fitnah itu, dan beberapa yang lain
pun ingin agar Rasulullah menceraikan Aisyah.
Ya, sangat pedih, dan sungguh menyakitkan fitnah itu. Namun kalau
Rasulullah dengan gegabah, membunuh dedengkotnya munafik Abdullah bin Ubay bin
Salul, maka mungkin tidak akan turun surah Annur ayat sebelas yang menelanjangi
para kaum munafiq yang membawa berita bohong.
Ya, di saat media lagi menunjukan kobaran apinya, maka sikap yang
paling tepat, adalah sikap yang diambil Aisyah dengan meminjam kata Ayah Yusuf
dalam firman Allah, “Maka kesabaran yang baik itulah kesabaranku. Dan Allah sajalah yang
dimohonkan pertolongan-Nya terhadap apa yang kalian ceritakan.” Yusuf: 18.
Ya, dengan kesabaran dan memohon pertolonganlah, menjadi sebuah
solusi buat umat ini. Namun, sungguh
disayangkan, ketika fitnah media menimpa umat Islam saat ini, mereka malah lebih
jauh dari agamanya, kalau pun mereka
berusaha menyingkap fitnah itu, maka hal yang paling mendasar mereka lupakan
adalah memohon pertolongan Allah dengan selalu taat kepada Allah dan Rasul-Nya.
Dan ketika Islam diakali dari bebagai penjuru, berupa berita yang
menyebar baru-baru ini, seorang capres mengelilingi Indonesia sampai ke Manado
hingga juga tiba di Makassar sebuah kota religius bersukukan Bugis Makassar,
dan melakukan pertemuan dengan para pemuka gereja, dan begitu juga SMS yang
menyebar untuk selalu mendukung para pemimpin yang mendukung akan kristenisasi
di Indenesia dan berpeluangnya tumbuh subur aliran-aliran sesat yang lain,
sungguh mengingatkanku dengan sebuah peperangan besar yang ingin menghancurkan
umat Islam dari akar-akarnya.
Ya, ingin menghancurkan umat Islam dari akar-akarnya, dengan konspirasi
seluruh suku dan agama di antaranya Yahudi, ingin menyerang Madinah dahulu
kala, dan kemudian dinamakan dengan perang Ahzab. Tahukan apa sikap yang
diambil Rasulullah? Ya, bergerak cepat. Itulah sikap Rasulullah, kemudian
membuat parit atas usul sahabat yang mulia Salman Al-Farisi. Namun, tahukah
kamu? Di balik bergerak cepat itu, ada kesabaran yang mengakar dalam diri umat
Islam saat itu, dan ada takwa yang membuncak di dada-dada kaum muslimin saat
itu.
Allah berfirman, “Jika kamu memperoleh kebaikan,
niscaya mereka bersedih hati, tetapi Jika kamu mendapat bencana, mereka
bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka
sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah
mengetahui segala apa yang mereka kerjakan.”
Ya, lagi-lagi, Allah menawarkan sabar dan takwa sebagai solusi untuk
keluar dari konspirasi umat sesat saat ini yang berusaha memerangi Islam dari
berbagai penjuru. Coba lihat, Brunei yang baru mendeklarisikan perlakuan
syariat Islam, sudah dikecam media nasional, dan hampir seluruh Negara barat
pun tidak senang dengan itu. Tapi umat Islam, seakan hilang pada dirinya ketawaan
kepada Allah.
Menjadikan kesabaran dan takwa sebagai solusi kemenangan juga,
mengingatkanku dengan wasiat al-Khansa kepada
empat anaknya yang hendak terjun mengaung di tengah-tengah perang Qodisiah yang
jumlah musuh saat itu, 120 ribu dan cadangan musuh 80 ribu. Wasiatnya sungguh
tidak dilupakan oleh lembaran sejarah, yaitu dengan mengangkat firman Allah
yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah
kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah
kepada Allah, supaya kamu beruntung.”
sekarang, diriku seakan dipukul dari kanan dan kiri, depan dan
belakang, atas dan bawah, dengan pertanyaan, sudahkah kamu kencangkan
ketakwaanmu untuk melawan musuh-musuh Allah? Karena Islam jaya bukan dengan
banyaknya jumlah, tapi kuatnya takwa. Dan begitu juga dengan pertanyaan,
sudahkan kamu melati untuk selalu bersabar? Karena kesabaran adalah selimut
kebahagiaan dari segala semak belukar perjuangan mulia. Maka berkatalah salah
satu atsar yang katanya dari Umar bin Khatab, “Kami mendapatkan kebahagiaan
dalam hidup kami dengan bersabar.”
Irsun Badrun
Darul Abrar 13 Mei 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar