Senin, 12 Mei 2014

Tulisan Ketika Islam...


Ketika umat Islam dipojokkan dengan berbagai berita media, dan hampir seluruh umat Islam pun ikut-ikutan membenarkan berita-berita itu, maka sungguh semua ini mengingatkanku dengan kisah beberapa abad yang lalu, di mana kaum munafiq ingin menghancurkan Islam ini dari diri kaum muslimin sendiri. Ya, dari diri kaum muslimin sendiri. Mereka menyerbarkan fitnah, bahwa Aisyah Ummul Mukminin melakukan hal-hal yang tidak senonoh.

Kamu tahu? Dampak negatif dari berita ini? Sungguh berita ini, memporak-porandakan keyakinan kaum muslimin saat itu, hampir seluruh yang terkena fitnah itu, seakan-akan berkata kepada Rasulullah, bahwa beliau tidak becus mendidik Aisyah. Rasulullah pun hanya bisa diam, tidak mengajak Aisyah berbicara, Aisyah sendiri pun merinaikan air mata selama dua hari satu malam, beberapa sahabat pun ikut-ikutan jatuh dalam fitnah itu, dan beberapa yang lain pun ingin agar Rasulullah menceraikan Aisyah. 

Ya, sangat pedih, dan sungguh menyakitkan fitnah itu. Namun kalau Rasulullah dengan gegabah, membunuh dedengkotnya munafik Abdullah bin Ubay bin Salul, maka mungkin tidak akan turun surah Annur ayat sebelas yang menelanjangi para kaum munafiq yang membawa berita bohong.

Ya, di saat media lagi menunjukan kobaran apinya, maka sikap yang paling tepat, adalah sikap yang diambil Aisyah dengan meminjam kata Ayah Yusuf dalam firman Allah, “Maka kesabaran yang baik itulah kesabaranku. Dan Allah sajalah yang dimohonkan pertolongan-Nya terhadap apa yang kalian ceritakan.” Yusuf: 18.

Ya, dengan kesabaran dan memohon pertolonganlah, menjadi sebuah solusi buat  umat ini. Namun, sungguh disayangkan, ketika fitnah media menimpa umat Islam saat ini, mereka malah lebih jauh dari agamanya,  kalau pun mereka berusaha menyingkap fitnah itu, maka hal yang paling mendasar mereka lupakan adalah memohon pertolongan Allah dengan selalu taat kepada Allah dan Rasul-Nya.

Dan ketika Islam diakali dari bebagai penjuru, berupa berita yang menyebar baru-baru ini, seorang capres mengelilingi Indonesia sampai ke Manado hingga juga tiba di Makassar sebuah kota religius bersukukan Bugis Makassar, dan melakukan pertemuan dengan para pemuka gereja, dan begitu juga SMS yang menyebar untuk selalu mendukung para pemimpin yang mendukung akan kristenisasi di Indenesia dan berpeluangnya tumbuh subur aliran-aliran sesat yang lain, sungguh mengingatkanku dengan sebuah peperangan besar yang ingin menghancurkan umat Islam dari akar-akarnya.

Ya, ingin menghancurkan umat Islam dari akar-akarnya, dengan konspirasi seluruh suku dan agama di antaranya Yahudi, ingin menyerang Madinah dahulu kala, dan kemudian dinamakan dengan perang Ahzab. Tahukan apa sikap yang diambil Rasulullah? Ya, bergerak cepat. Itulah sikap Rasulullah, kemudian membuat parit atas usul sahabat yang mulia Salman Al-Farisi. Namun, tahukah kamu? Di balik bergerak cepat itu, ada kesabaran yang mengakar dalam diri umat Islam saat itu, dan ada takwa yang membuncak di dada-dada kaum muslimin saat itu. 

Allah berfirman, “Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi Jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan.”

Ya, lagi-lagi, Allah menawarkan sabar dan takwa sebagai solusi untuk keluar dari konspirasi umat sesat saat ini yang berusaha memerangi Islam dari berbagai penjuru. Coba lihat, Brunei yang baru mendeklarisikan perlakuan syariat Islam, sudah dikecam media nasional, dan hampir seluruh Negara barat pun tidak senang dengan itu. Tapi umat Islam, seakan hilang pada dirinya ketawaan kepada Allah.
Menjadikan kesabaran dan takwa sebagai solusi kemenangan juga, mengingatkanku dengan wasiat  al-Khansa kepada empat anaknya yang hendak terjun mengaung di tengah-tengah perang Qodisiah yang jumlah musuh saat itu, 120 ribu dan cadangan musuh 80 ribu. Wasiatnya sungguh tidak dilupakan oleh lembaran sejarah, yaitu dengan mengangkat firman Allah yang artinya, Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.”

sekarang, diriku seakan dipukul dari kanan dan kiri, depan dan belakang, atas dan bawah, dengan pertanyaan, sudahkah kamu kencangkan ketakwaanmu untuk melawan musuh-musuh Allah? Karena Islam jaya bukan dengan banyaknya jumlah, tapi kuatnya takwa. Dan begitu juga dengan pertanyaan, sudahkan kamu melati untuk selalu bersabar? Karena kesabaran adalah selimut kebahagiaan dari segala semak belukar perjuangan mulia. Maka berkatalah salah satu atsar yang katanya dari Umar bin Khatab, “Kami mendapatkan kebahagiaan dalam hidup kami dengan bersabar.”
Irsun Badrun 

Darul Abrar 13 Mei 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar