Sabtu, 17 Mei 2014

Karena Kutak Pernah Tahu


“Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati.” Mataku berkaca, bahkan merinaikan air mata ketika arti firman-Nya ini kubaca. Kutakut, ketika aku keluar, sedangkan kamu menyimpan rasa marah kepadaku, kamu kesal dengan sikapku, dan dengan tidak disangka, langkahku keluar rumah, merupakan langkah terakhir dari pertemuan kita. Ya, mungkin itu langkahku menuju kepada kematian yang tak pernah kuduga. Maka apakah kubahagia di sana sedangkan kamu kesal denganku? Maka maafkanlah segala kesalahanku, ketika kaki ini melangkah ke luar rumah.

“Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati.” Ayat ini seakan menjadi cemeti buatku, bahwa ketika diriku hendak melangkahkan kaki meninggalkan rumah, maka kuharus meminta maafmu, kuharus lebarkan bibirku untuk tersenyum kepadamu, karena kutakut, langkahku keluar, merupakan langkah terakhirku bertemu denganmu. Karena kutak pernah tahu, di mana aku akan mati.

“Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati.” Ya, ayat ini juga seakan mengajarkanku, untuk selalu membuat dirimu senyum, dan kuharus membuatmu senyum juga, di kala aku hendak meninggalkanmu pergi, karena kutakut, itu merupakan akhir dari waktuku melihatmu senyum, maka mungkin dengan senyummu itu, lebih membuatku bahagia, jika harus meninggalkan dunia sedangkan kita tidak seatap.

“Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati.” Merupakan sebuah alarm untukku, jika hedak memejamkan mata di malam hari, maka mungkin kuharus kecup keningmu terlebih dahulu dan meminta maafmu, karena kutakut, itu adalah akhir dari tidurku di dunia ini, sedangakn tadi siang, dengan tidak sengaja aku telah membuat hatimu terluka pilu dan kesal denganku. Maafkanlah aku.
Ya, kutak pernah tahu, di mana hembusan nafasku berakhir, maka kuharus baik-bai saja dengamu, dan bukan hanya dengamu, tapi dengan semua orang yang kutemui, karena kutakut, ketika kuhendak berpisah dengan mereka, maka itu juga perpisahan terakhirku dengan dunia ini. 

Istriku, kutahu ridho suamilah yang kamu harap dan damba, karena itu merupakan satu tiketmu menuju surga. Maka, kamu tidak perlu khawatir dan cemas, karena kuselalu ridho dengamu, baik itu di saat bersama maupun berpisah, walau kamu sedang melihat aku senang marah dan kesal, namun dalam diam, aku telah ridho dengamu, maka janganlah kamu cemas. Karena buat apa melihat kecilnya kesalahanmu sedangkan perngorbanananmu untukku jauh lebih besar. Anakku kamu rawat, rumahku kamu bersihkan, makananku kamu masakkan, pakaianku kamu rapikan, maka apakah dengan pengorbananmu begitu besar jadi hilang dengan secuil kesalahanmu? Tidak, selagi kesalahamu masi bisa dimaklumi, maka yakinkanlah dirimu, aku selalu ridho dengamu baik di saat bersama maupun di saat berpisah Insya Allah, maka jangan pernah takut jika kamu tak pernah tahu juga di mana kamu kan pergi meninggalkan dunia ini.

Irsun Badrun
Darul Abrar  17 Mei 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar