“Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati.” Mataku
berkaca, bahkan merinaikan air mata ketika arti firman-Nya ini kubaca. Kutakut,
ketika aku keluar, sedangkan kamu menyimpan rasa marah kepadaku, kamu kesal
dengan sikapku, dan dengan tidak disangka, langkahku keluar rumah, merupakan
langkah terakhir dari pertemuan kita. Ya, mungkin itu langkahku menuju kepada
kematian yang tak pernah kuduga. Maka apakah kubahagia di sana sedangkan kamu
kesal denganku? Maka maafkanlah segala kesalahanku, ketika kaki ini melangkah
ke luar rumah.
“Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan
mati.” Ayat ini seakan menjadi cemeti buatku, bahwa ketika diriku hendak
melangkahkan kaki meninggalkan rumah, maka kuharus meminta maafmu, kuharus
lebarkan bibirku untuk tersenyum kepadamu, karena kutakut, langkahku keluar,
merupakan langkah terakhirku bertemu denganmu. Karena kutak pernah tahu, di
mana aku akan mati.
“Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan
mati.” Ya, ayat ini juga seakan mengajarkanku, untuk selalu membuat dirimu
senyum, dan kuharus membuatmu senyum juga, di kala aku hendak meninggalkanmu
pergi, karena kutakut, itu merupakan akhir dari waktuku melihatmu senyum, maka
mungkin dengan senyummu itu, lebih membuatku bahagia, jika harus meninggalkan
dunia sedangkan kita tidak seatap.
“Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati.” Merupakan sebuah alarm untukku, jika hedak memejamkan mata di
malam hari, maka mungkin kuharus kecup keningmu terlebih dahulu dan meminta
maafmu, karena kutakut, itu adalah akhir dari tidurku di dunia ini, sedangakn
tadi siang, dengan tidak sengaja aku telah membuat hatimu terluka pilu dan
kesal denganku. Maafkanlah aku.
Ya, kutak pernah tahu, di mana hembusan nafasku berakhir, maka
kuharus baik-bai saja dengamu, dan bukan hanya dengamu, tapi dengan semua orang
yang kutemui, karena kutakut, ketika kuhendak berpisah dengan mereka, maka itu
juga perpisahan terakhirku dengan dunia ini.
Istriku, kutahu ridho suamilah yang kamu harap dan damba, karena itu merupakan satu
tiketmu menuju surga. Maka, kamu tidak perlu khawatir dan cemas,
karena kuselalu ridho dengamu, baik itu di saat bersama maupun berpisah, walau
kamu sedang melihat aku senang marah dan kesal, namun dalam diam, aku telah
ridho dengamu, maka janganlah kamu cemas. Karena buat apa melihat kecilnya
kesalahanmu sedangkan perngorbanananmu untukku jauh lebih besar. Anakku kamu
rawat, rumahku kamu bersihkan, makananku kamu masakkan, pakaianku kamu rapikan,
maka apakah dengan pengorbananmu begitu besar jadi hilang dengan secuil
kesalahanmu? Tidak, selagi kesalahamu masi bisa dimaklumi, maka yakinkanlah
dirimu, aku selalu ridho dengamu baik di saat bersama maupun di saat berpisah
Insya Allah, maka jangan pernah takut jika kamu tak pernah tahu juga di mana
kamu kan pergi meninggalkan dunia ini.
Irsun Badrun
Darul Abrar
17 Mei 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar