Kata ‘Humairah’ sangatlah familiar di telinga manusia, dengan mendengarnya,
orang bisa menebak ia adalah engkau bernama Aisyah Ummul Mukminin, anak dari seorang pria yang luhur akhlaknya, anak dari seorang sahabat
dekat Rasulullah, dan anak dari seorang Khalifah pertama Abu Bakar Asshiddiq.
Sungguh engkau wanita yang tumbuh dalam rumah iman penuh kemuliaan. Ayahmu
orang yang pertama menerima Islam dan ibumu juga menerima Islam tidak lama
setelah Abu Bakar dan berhijrah ke Madinah. Sungguh, engkau tumbuh dari
keluarga yang terhormat, dan memiliki kedudukan yang mulia di sisi Raulullah.
Radhiallahu Ankum.
Masamu penuh kebaikan, dari tangan seorang sahabat yang mulia, engkau
berpindah ke tangan seorang Rasul yang Agung. Sungguh engkau hasil didikan dua
orang manusia yang sangat mulia, setelah ayahmu dan kemudian kamu dididik
langsung oleh Rasulmu sekaligus suamimu. Sungguh dalam perkembanganmu,
mengajarkan hakikat dari pendidikan buatku dan buat seluruh kaum muslim, bahwa
tuk menghasilkan anak yang cerdas, dimulainya dari masa kecil sehingga tidaklah
aneh, jika engkaulah istri Rasulullah yang paling cerdas dang paling banyak
meriwayatkan hadits yang berjumlah dua ribu seratus sepuluh.
Kalau orang bertanya-tanya, akan kelebihan dan keutamaan lelaki dari umat
ini, maka mungkin aku bingung menjawabnya karena betapa banyaknya mereka,
namun, jika orang bertanya akan kesempurnaan dan kelebihan wanita dari umat
ini, maka aku tidak memiliki jawaban selain dirimu.
Ibuku dan ibu-ibu orang-orang yang beriman, engkaulah penyejuk mata
Rasulullah, rumahmulah pilihan akhir hayat Rasulullah, dalam dekapanmulah
kembalinya Baginda Rasulullah, dan ludahmulah yang bersatu membentuk gizi yang
berarti dengan ludah Rasulullah di akhir detik-detik kehidupan beliau.
Engkau hancurkan siwak dengan gigimu yang mulia, engkau tatap beliau dengan
tatap cinta dan penuh penghormatan, engkau dekap beliau dengan penuh kelembutan
dan di sisimulah beliau pergi meninggalkan umat ini. Allahumma Sholli Wasallim
‘Ala Muhammad wa’ala Aalihi Wasahbihi Ajma’in.
Aku tidak peduli apa kata orang tentang pernikahan engkau dengan Baginda
Rasulullah, yang jelas bagiku, Allah satukan hati itu dalam balutan cinta
karena Allah. Aku tahu, engkau menjadi pilihan Allah tuk bersanding dengan
Rasulullah, maka Rasulullah pun menikahimu, satu-satu istrinya yang perawan.
Dan cukuplah engkau menjadi bantahan buat mereka yang mengatakan Rasulullah
menuruti hawa nafsunya memiliki istri begitu banyak, karena buat apa Rasulullah
memilih janda setelah Khadijah padahal Beliau telah memilikimu. Dan kalau
memang Rasulullah hanya menuruti hawa nafsunya, mengapa Beliau tidak memilih
perawan yang sekian banyak di zamanmu.
Ibuku, dan ibu-ibu orang yang beriman, engkau dituduh dengang kejam, mereka
melemparkan kepadamu tuduhan dusta. Aku ingin mengatakan kepada mereka yang
menuduhmu, aku ingin katakan kepada mereka yang menghinamu, bahwa menghinamu
adalah bentuk penghinaan kepada Nabiku Muhammad Sholllahu Alaehi Wassallam.
Mengapa tidak, pada usiamu yang begitu muda, engkau tumbuh di dalam rumah
nubuwah. Hanya beberapa tahun, ayahmu membesarkanmu, dan setelah itu engkau
berpindah di tangan mulianya manusia, dan sekarang orang-orang berupa syiah dan
kaum munafik dari manusia datang dan menuduhmu dengan hina. Maka sungguh kuingin
katakan kepada mereka, bahwa mereka telah melecehkan Nabiku, mereka telah
menghina Nabiku, secara tidak langsung mereka ingin mengatakan bahwa Rasulullah
tidak becus mendidik seseorang, Rasulullah gagal membentuk dirimu menjadi
manusia mulia. Oh wahai Aisyah Ummul Mukminin, engkaulah yang banyak mengajari
kami adab dalam rumah tangga dengan riwayat-riwayatmu.
Sejarah pahitmu yang datang mendera, tidak akan pernah dilupa oleh lembaran
sejarah. Engkau difitnah oleh dedengkot munafiq. Ya, dedengkot munafiq yang
bernama Abdullah bin Ubay bin Salul. Engkau menjadi mangsa empuk tuk membuat
kekacauan di tubuh kaum msulimin saat itu, maka cukuplah perang Bani Musthaliq
menjadi saksi bisu. Mereka mengatakan engkau telah melakukan yang tidak senono.
Ya, aku sadari, semua itu terjadi karena sudah berada dalam skenarionya Allah,
yang hendak menelanjangi kaum munafiq Madinah.
Aku salut denganmu, walau kabar fitnah telah tersebar luas, dan air matamu
tumpah berderai dua malam satu hari, dan seakan dirimu tidak lagi mendapatkan
jalan tuk mematahkan fitnah itu, tapi dengan kokohnya aqidahmu, engkau menaruh
semua harapmu kepada Allah, dan engkau pun katakan kepada Baginda Rasulullah
dengan perkataan Ayah Yusuf Alaehissalam dalam firman Rabmu yang artinya “Maka
kesabaran yang baik itulah kesabaranku. Dan Allah sajalah yang dimohonkan
pertolongan-Nya terhadap apa yang kalian ceritakan.” Yusuf: 18.
Ya, engkau menaruh harap kepada Allah, karena itu adalah solusi jitu tuk
menyingkap solusi yang lain, engkau bersabar, karena sabar adalah solusi
sebelum solusi. Oh, betapa cerdas dirimu, kami salut denganmu darimulah dengan
perantara Rabmu, kami banyak belajar akan agama yagn luhur ini.
Sungguh Allah tidak pernah berdusta dengan Janji-Nya, kesudahan yang baik
bagi orang yang bersabar. Dan Allah tidak pernah membuat rugi orang yang
menaruh harap kepada-Nya, karena balasan yang baik selalu menyertai orang yang
menaruh harap kepada Allah, maka dengan segala Maha Rahman Allah, di saat itu
juga, turun ayat yang menyingkap kebohongan fitnah itu, maka turunlah Surah
Annur ayat sebelas.
Kini jika ada yang datang menghinamu dan memojokkanmu, maka mereka adalah
keturunan si dedengkot munafiq Abdullah bin Ubay bin Salul. Dan kudengar,
Syiahlah yagn menghinamu, semoga Allah menjelekkan Syiah sebagaimana Allah
telah menjelekkan Abdullah bin Ubay bin Salul. Allahumma Aaamiin.
Kedermawananmu, telah melampau batas
kedermawanan manusia, walau engkau dalam keadaan berpuasa, dan engkau tidak
memiliki sesuatu tuk berbuka kecuali hanya roti kering, tapi dengan
kedermawananmu, engkau berikan itu untuk si fakir, dan engkau lebih memilih
berpuasa. Ya, aku harap sifat ini kan selalu mewarnai kehidupan keluargaku dan
keluarga kaum muslimin semuanya.
Pertanyaan tuk diri ini, seberapa
cintakah diri ini dengan generasa sahabiah?
Irsun Badrun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar