Ketika mulut tak lagi bisa mengaung demi kebenaran Karena dibungkam, maka, bukan berarti kupasrah dan berdiam diri untuk tidak menyuarakan kebenaran, masih ada pena yang harus berbicara, kalau saja goresan itu tak dibaca hari ini, maka mungkin dua puluh tahun yang akan datang, kebenaran akan terungkap dengan goresan sederhana.
Atau, mungkin mulut ini tak pandai menyusun kata-kata tuk berbicara, atau bisa saja cacat atau apalah itu, yang jelas, bukan berarti aku harus diam dan hanya menjadi penonton polos, tapi Allah masih sisakan pena, untuk menyuarakan kebenaran.
Ya pena, ketika pedang seakan tak terlihat lagi fungsinya tuk menebas leher-leher para penghancur, atau pedang seakan patah dengan kekuatan musuh, maka kumasih memiliki pena untuk mematahkan pedang-pedang mereka dari diri-diri pembaca, atau mungkin pedang mereka akan patah oleh diri mereka sendiri. Ya, mungkin, kalau suatu saat pemilik pedang membacanya dan mengetahui siapa yang benar.
Ya, penalah, yang sampai hari ini agama ini tetap dihargai karena pembukuan al-Qur'an. Agama ini tetap murni dengan pembukuan hadits, kalau saja tak ada yang menulisnya, maka sungguh umat ini tak ada peradabannya.
Coba sini, ajari aku menggunakan pena, maka akan kutulis sesuatu yang bisa menginspirasi orang-orang menjadi baik, karena betapa banyak di sana goresan pena yang meninggalkan kesesatan dan keburukan, dan goresan itu tetap hidup menginspirasi orang-orang untuk sesat dan buruk.
Irsun Badrun
Darul Abrar 19 Mei 2014
Check Out Your URL wholesale sex toys,wholesale sex dolls,realistic sex dolls,love dolls,realistic dildo,japanese sex dolls,sex dolls,dildo,male masturbator site here
BalasHapus