Kamis, 08 Mei 2014

Aku Ingin Jadi Ibu


Ibuku, segala peluh keringatmu, bahkan tetesan darahmu, tidak pernah sia-sia dalam memperjuangkan putrimu tuk menggenggam gelar sarjana, ya, ‘biar bisa jadi PNS’ harapmu.

Ibuku, kutahu engkau pasti bangga dengan profesi PNS itu, dan mungkin hampir seluruh ibu mengharapkan itu, tapi maafkan putrimu, jika tidak mau memilih profesi itu.

Ibuku, profesi PNS itu mungkin terdengar mewah bahkan bisa memberikan jaminan hidup ke depan, tapi sungguh profesi itu tidak kan bisa menjamin kebahagiaan putrimu, ibu tidak usah bertanya kepada putrimu “kenapa ya?” Karena memang putrimu tidak menyukainya.

Ibuku, bukankah ibu berharap kehidupan anakmu penuh dengan kebahagiaan? Ya, kebahagiaan putrimu ini bukan pada profesi PNS, maafkan putrimu ya bu. I love you mom.

Ibu, mungkin profesi itu terlihat sangat menjanjikan tuk kehidupan yang mapan, tapi sungguh profesi itu tidak akan menjamin kemapanan batin anakmu, tidak dapat memberikan janji tuk anakmu biar tetap bisa tersenyum, ya, anakmu merasa profesi itu penuh dengan tekanan, keterikatan, dan kutakut, profesi itu kan membuat jarak lebih jauh lagi antara anakmu ini dan ibu.

Ibuku, ada teman di kampung seberang, bekerja sebagai tenaga honorer sebuah PUSKESMAS, ibu tahu apa yang terjadi dengannya? Ya, gajinya lumayan besar perbulan, tiga juta kalau tidak salah. Tapi, di balik gajinya yang menjanjikan itu, seakan mencekik dirinya. Ceritanya singkat bu, suatu hari bapaknya sakit, dan mengharuskan ia merawat bapaknya, dan meminta izin di kepala PUSKESMA untuk tidak masuk, tapi baru beberapa hari tidak masuk karena merawat sang ayah, ia pun telah dimarahi, dan dikatai macam-macam “Ah, ayahmu hanya sakit ringan. Ah kamu, datang cari kerja dengan mengemis sekarang kok alasan bapak sakit? Ah kamu bekerja tidak becus.” Ya, seperti itu kata mereka kepada temanku bu. Ibu tidak mau kan anakmu dikatai seperti itu? Maka maafkan aku ya bu, putrimu tidak mau jadi PNS. 

Ibuku, jangan lagi ibu memaksaku untuk jadi PNS ya, karena anakmu lebih suka jadi ibu. Ya, jadi ibu yang membesarkan anak-anak penuh kasih tak harap kembali, mendidik anak-anak tanpa kenal letih, dan mengurus suami sepenuh hati. Ya,  itu yang kumau bu. Ibu bisa lihat sendirikan? Tetangga di sebelah, sibuk dengan profesinya, anak-anaknya terbengkalai, yang satu lagi serahkan ke pambantu, maka anak-anaknya pun lebih senang dengan pembantu, tentunya putrimu tidak mau seperti itu, putrimu ingin jadi seperti ibu saja, walau hanya berijaza SD, tapi ibu laksana profesor handal, membesarkan putrimu dengan penuh cinta dan kasih sayang, maka maafkan putrimu ya bu, putrimu ingin jadi ibu.

Ibuku, bukankah lebih baik putrimu ini menggunakan gelar yang tinggi ini untuk sebuah pendidikan di rumah? Ya, mungkin dengang membuka home school, atau tempat belajar anak-anak, ya paling tidak bisa mengontrol anak sendiri dan suami pun tetap merasa nyaman. Sudah begitu, pasti putrimu lebih banyak waktu tuk menghubungimu, berkunjung ke rumahmu dan bahkan tinggal bersamamu.

Ibuku, yang terakhir kalinya, putrimu ingin menjadi dirimu dalam membesarkan anak-anakku, mendidik penuh kasih, karena putrimu tahu, di tangan ibulah pendidikan generasi di mulai. Maka bagaiman putrimu mengharapkan generasi yang cemerlang, kalau ibunya saja tidak karuan? Sekarang, maafkan anakmu  ya bu, bila anakmu tak mau jadi PNS.

Irsun Badrun 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar