Jumat, 09 Mei 2014

Gelombang Cinta


Teduh, tenang nan indah. Aku suka duduk di sampingnya merefresh pikiran ini. Kadang juga aku bisa melihat bayangan diriku di sisinya, itu karena saking teduh, tenang dan beningnya. Ah, benar-benar sebuah danau kecil yang berada di dekat tempatku, membuatku tergiur tuk selalu duduk berlama-lama dengannya.

Namun, keteduhah, ketenangan dan keindahan danau kecil itu, hilang dengan sebuah lemparan batu yang jatuh pas di tengah danau itu. Aku tidak tahu, dari mana datangnya batu itu, yang jelas batu itu telah menciptakan gelombang pada danau. 

Keteduhan, ketenangan dan keindahan danau itu seakan hilang. Aku marah, aku risau dan aku bingung, bagaimana agar bisa gelombang itu berhenti dan danau kembali tenang serta teduh seperti semula. Adakah yang tahu caranya? Sebelum menjawab, lanjutkan membaca.
***

Aku teringat dengan sebuah kisah yang menakjubkan, sebuah kisah yang datang dari manusia yang paling agung di dunia ini. Ya, kisah sang Rasul Allah. Suatu hari, datang salah satu pembantu ke rumah nabi bersama Aisyah Radhiallahu Anha, pembantu itu utusan dari salah satu istri Rasulullah tuk membawakan makanan.

Di saat pembantu itu sampai di rumah Rasulullah, ternyata Aisyah juga sedang memasakkan makanan buat Rasulullah, dan ketika Aisyah keluar hendak menghindangkan makanan tuk suami tercinta yakni baginda Rasulullah, maka terlihatlah sudah sebuah makana di salah satu wadah. Tahukan? Apa gerangan perasaanmu wanita? kalau kamu sudah capek-capek bekerja tuk memberikan kejutan atau ingin membahagiakan suamimu, dan tiba-tibah setelah kejutan itu telah rampung semua, ternyata sudah ada orang lain yang mendahuluimu dalam memberikan kejutan, maka apa gerangan perasaanmu? Aisyah demikian, beliau dikenal salah satu istri yang memang suka cemburu, maka pada saat dia selesai memasak dan mendapati makanan lain telah siap di atas meja, maka ‘buyeeeeer’ pukullah ia makanan itu, dan jatuh berhamburan.

Ya Allah. Aku bertanya-tanya dalam diriku, kalau saja istriku melakukan yang demikian di hadapanku, maka apakah aku sanggup menahan amarahku? Apakah aku sanggup menahan emosiku? Ah, sungguh sangat penuh harap tuk bisa menahan rasa marah. Coba mari kamu dan aku tengok sejenak sikap Rasulullah ketika Aisyah melakukan itu.

Rasulullah diam menghadapi sikap istrinya. Dengan tawadhu, beliau mengumpulkan makanan yang berhamburan dan tempat yang pecah sembari berucap, “Ibu kalian cemburu.” Setelah selesai dikumpul, Rasulullah meletakkan kembali di atas meja dan mengambil makanan buatan Aisyah kemudia diserahkan kepada pembantu yang membawakan makanan dan Rasulullah dan Aisyah memakan makanan yang dipukul Aisyah itu sendiri. Allahu Akbar. Sungguh pada diri Rasul terdapat suri tauladan yang baik.
***

Aku kembali berpikir, kalau saja saat itu Rasulullah hadapi istri dengan marah biar sikap Aisyah seperti itu menjadi tenang. Maka apalah gerangan yang terjadi? Mungkin pertengkaran semakin  mencuat tak terbendung.
***

“Aku marah, aku risau dan aku bingung, bagaimana agar bisa gelombang itu berhenti dan danau kembali tenang dan teduh seperti semula. Adakah yang tahu caranya?”  Ya, seperti halnya gelombang, caranya agar bisa kembali tenang dan teduh, mungkin aku harus diam sejenak dan membiarkan gelombang itu memukul tepi danau, nanti dengan sendirinya dia akan diam. Dari pada aku harus turun dan menahan gelobang itu, maka yang terjadi bukan malah danau tenang, justru kan menciptakan  gelombang-gelombang baru dan makin sulit untuk menjadi tenang dan teduh.

Ya, begitu juga dengan pasanganku atau kamu, jika dia marah, cobalah diam sejenak. Kalau bisa, peluklah dia, dan jangan kamu ladeni dia dengan marah yang serupa. Aku takut gelombang marahnya kan semakin kencang. Coba lihat Rasulullah, beliau tidak hadapi istrinya dengan marah-marah, dan beliaulah sebaik-baik contoh. Semoga kita semua bisa menjadi keluarga yang bahagia, penuh cinta, dan saling menyayangi. 

Irsun Badrun

Tidak ada komentar:

Posting Komentar