Kamis, 07 Mei 2015

Kedermawanan Wanita Dan Harapannya

Masjid Dzu Nuraen. Indah. Megah. Elegan nan cantik. Menggoda mata yang memandang. Menaruh iri hati yang melihat dan berharap punya sepert masjid ini.

Masjid yang didesain oleh seorang arsitektur dengan dana yang terbatas ini, berada di tengah-tengah desa yang asri tepatnya Dusun Geneng desa Jagan Kec. Bendosari Sukoharjo.

Berdirinya masjid ini atas bantuan seorang wanita bernama Ummu Abdillah melalui Yayasan Bina Muwahhidin; sebuah Yayasan  yang bergerak pada pembangunan masjid, penyediaan air bersih, santunan anak yatim dan menyebarkan dakwah dengan metode generasi salaf.

Harapan dari para donatur, masjid ini bisa difungsikan untuk kegiatan keagamaan berdasarkan tuntunan Rasulullah. Maka dari itu, masjid ini juga memfasilitasi sebuah rumah untuk imam; harapannya bisa membina masyarakat dengan manhaj salaful ummah.

Tapi sayang, harapan tinggallah harapan, kini masjid ini tak ada satupun kegiatan keagamaan baik pengajian maupun TPA. Walau begitu, jama'ah lima waktu tetaplah aktif.

Pernah ada kultum di setiap selesai sholat magrib dengan buku yang bisa dipercaya yang disampaikan oleh seorang warga.

Kultum yang rutin itu, tiba-tiba berhenti dan tak ada lagi sampai sekarang.

Sebabnya sedikit rumit, seseorang yang kejawennya masih kental memprovokasi warga setempat sehingga mereka beralasan, "Ah orang di sini aja kok mau ajari kami? Ah ilmunyakan sama aja dengan kami." seperti itulah alasan mereka.

Sambutan mereka sungguh luar biasa. Senyum, sapa, dan bahkan jamuan disuguhkan untukku ketika sampai; alhandulillah.

Mulai kumenengok di sekitar masjid, terlihatlah sebuah beduk. Mulailah kubertanya dan salah seorang yang mulai belajar agama, namanya pak Sugino  menjawab, "Ada seorang kejawen yang ditokohkan, bliau selalu bernyanyi di masjid (padahal Rasulullah tak pernah bernyanyi) mengajak warga mengisi masjid dengan kegiatan adat, dan setelah saya bicara baik-baik dan menonaktifkan semua itu. Namun setelah itu ia malah memprpvokasi warga untuk tidak sholat dan mengikuti kegiatan pengajian, pada akhirnya vakum dari kegiatan sampai sekarang."

Mendengar demikian, kuhanya bisa berharap suatu saat ada orang yang bisa membimbing mereka.

",,Suatu saat juga, mereka memanggil orang khutbah, dan sungguh keterlaluan, khatibnya malah mencela orang yang berjilbab panjang. Mengatakan menyiksa diri dan lain sebagainya." Lanjut pak Sugino.

Mendengar itu, perasaanku makin hancur. Khatip itu seakan menusukku dari belakang. Seakan menusuk istriku. Dan bahkan seakan menusuk wanita-wanita muslimah yang tegar dengan hijbnya.

Masih keterlaluan saya denga ucapan itu. Pasalnya saya masih memikirkan diri sendiri, belum ada pengorbanan untuk agama ini yang berarti. Mungkin cuma menjenguk mereka dan menyampaikan sepatah dua kata yang kubisa saat ini.

Pada usai sholat magrib, kusampaikan bagaimana keutamaan memakmurkan masjid juga memperbanyak langkah ke masjid. Usai subuh, kusampaikan beberapa prinsip Ahlussunnah Waljama'ah.

Sekali lagi, mungkin hanya itu yang bisa kuberikan. Berusaha menambal kain-kain yang sobek.

Usaha dakwah adalah usaha yang butuh ta'awun bagi orang-orang yang peduli. Ta'awun untuk memakmurkam masjid, juga ta'awun memperbaiki keislaman warga pedalaman.

Semoga tulisan singkat ini jadi inspirasi buatku dan sebagai amal yang bermanfaat dan semoga Allha jadikan ini hanya semata-mata mengharapkan ridho-Nya.

Irsun Badrun

Bendosari Sukoharjo 07 Mei 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar