Matahari begitu menyengat. Hari ini Solo tak sama dengan beberapa bulan terakhir yang sering hujan. Perih kulitku.
Namun tak mengapa, kuharus tetap meluncur dari Sragen ke Sukoharjo.
Biasa melewati Solo dari Sragen ke Sukoharjo, kali ini kumencoba rute baru; Bekonang. Kata orang lebih dekat.
Karena bingung, kusering menepi menanyakan rute Bekonang Sukoharjo. Di antara orang yang kutanyakan adalah bapak penjual aksesoris motor.
Mataku melotot memperhatikan bapak yang lagi serius membaca sesuatu. Keseriusannya tak menghiraukanku yang lagi berhenti di depan stannya. Dan kupun maklumi itu, karena ia lagi serius membaca sesuatu.
Pertama kukira koran, "Tapi kok kecil dan usang?" Tanya hatiku. "Munkin buku." Dugaku.
Kudekatkan langkahku, dan semakin dekat, semakin tak asing sesuatu yang ia baca.
Sesuatu itu adalah al-Qur'an.
Penjual yang tak merugi, memanfaatkan waktu untuk zikir. Pekerja yang bijak, memanfaatkan waktu luang dan menunggu untuk membaca al-Qur'an.
Semua orang Islam bisa seperti bapak di atas, tapi sedikit kemauan dan tak sadar arti waktu dan hidup, iapun lewati waktu tanpa makna.
Kukatakan pada diriku, apa susahnya kamu selalu ucapkan alhamdulillah di setiap pekerjaanmu?
Apa beratnya beristigfar di setap aktifitas?
Apa halangannya memanfaatkan waktu luang atau waktu tunggu dengan membaca al-Qur'an atau dengan zikir-zikir yang lain?
Oh wahai diriku, tak susah, tak berat, juga tak ada halangan, tapi karena begitu banyaknya dosamu, maka kebaikan pun terasa begitu berat.
Menangislah wahai diri, akan dosa-dosa yang selalu melumurimu. Dosa-dosa yang hampir setiap hari menerpamu.
Jangan sok suci tak punya dosa, karena jika tak punya dosa, maka hatimu begitu ringan untuk mengerjakan kebaikan, dan terlebih lagi mengerjakan sesuatu di atas.
Akhirnya kumembeli sarung tangan karena panas; takut tambah hitam karena memang sudah hitam.
Nama bapak Tiono, tinggal di Tawangmangu jualan di Palur.
Irsun Badrun
Bendosari 26 Mei 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar