Sabtu, 21 Mei 2011

MENGGAPAI BULAN DAN BINTANG


Aku berkata pada diri ini, kalau  kamu tidak meninggalkan berbagai perbuatan dosa niscaya kamu tidak akan pernah menggapai bulan dan bintang, bukankah kamu tidak melihat bagaimana  umar di segani oleh kawan dan lawan? Membentangkan kekusasaannya begitu luas? Karena berkat kesungguhan  bliau dan ketakwaannya dalam meninggalkan perbuatan yang hina. Aku berkata lagi tidakkah kamu melihat imam Malik, Syafi’i, Ahmad bin Hambal, dan Abu Hanifa. Nama mereka tidak pernah sepi dari penyebutannay di muka bumi ini, taukah kamu mengapa demikian? Mereka adalah orang-orang yang selalu tunduk dan tidak melakukan maksiat kepada tuhan mereka. Begitu juga para ilmua moderen baik yang muslim maupun yang kafir kepada tuhan, mereka adalah orang-orang yang tidak suka berhura-hura lagi pengecut, melakukan hal-hal yang dapat merugiakan diri sendiri dan orang lain. Melainkan mereka kerakkan kemampuan mereka meninggalkan hal-hal yang sifatnya merusak, untuk dapat menggapai bulan dan bintag.
Sungguh sebuah dosa aka membekas dalam hati bagaikan bekas hitam pada kain yang putih, semakin sering anda melakukan dosa semakin hitam hati anda, dan jalan kebaikan makin sulit untuk kau raih, apalagi mau menggapai bintag. Sang murabbi Rasulullah SAW pun berkata yang di sebut dalam kitab ibnu majah bab zuhud yang maknya: sesungguhnya seorag mukmin apabila berbuat dosa akan membekasa tanda hitam dalam hatinya.
Dan tidak ada obat wahai diri yang lalai melainkan dengan kembali keapda allah bertakwa kepadanya, bukankah Allah telah berkata : وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ   dan barang siapa yang bersungguh-sungguh di jalan kami maka kami akan menunjukan jalan-jalan  kmi, dan sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang berbuat baik.
Suatu firman yang menggugah hati orang-orang yang masi mempunyai hati bahwasanya suatu jalan kebaikan hanya akan di berikan bagi orang-oran yang bersungguh-sungguh untuk mendapatkannya dengan berkosekuensi meninggalkan segala penghalang-penghalang yang dapat menghalanginya untuk berhasil dan sukses, taukah apa itu rintangannya?? Yaitu dosa yang engaku perbuat.
Lantas aku bertanya ketika membaca ayat ini lalu mengapa orang-orang kafir lebih banyak yang sukses dan banyak berkaraya dapat menggapai bulan dan bintag? Termenung aku ketika pertanyaan ini muncul di benak saya, kemudian aku menjawab pada diri sendiri: wahai manusia, tidakah anda menanyakan keapda mereka apa kunci keberhasilan mereka?? Pasti mereka berkata : keberhasilan tergantung dari diri kita hasil kerja keras kita. Aku berkata lagi jawaban yang bagus: tapi mereka lupa dengan Allah: sungguh maha mulia Allah ia membuat makar dengan tangan musuh-musuhnya sendiri dan di akhirat kelak, perbuatannya ini bagaikan debu yang berterbangan, lantas aku mendapatkan lagi firman Allah yang begitu agung وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَعْمَالُهُمْ كَسَرَابٍ بِقِيعَةٍ يَحْسَبُهُ الظَّمْآَنُ مَاءً حَتَّى إِذَا جَاءَهُ لَمْ يَجِدْهُ شَيْئًا     Orang-orang kafir dan ingkar mengira bahwa mereka telah berbuat baik. Mereka juga menduga bahwa perbuatan baik mereka itu akan mendatangkan manfaat bagi mereka di hari kiamat. Tetapi dugaan mereka itu meleset. Perumpamaan perbuatan mereka yang salah dan tidak berarti itu adalah seperti kilauan yang muncul akibat jatuhnya sinar matahari pada siang hari di permukaan tanah yang rata (fatamorgana). Orang yang kehausan mengira itu adalah air, sehingga ketika dia mendatanginya, dia tidak mendapatkan sesuatu yang bermanfaat seperti yang dia kira. Demikianlah pada hari kiamat, amal perbuatan orang kafir akan menjadi seperti debu yang beterbangan.
Aku berkata lagi dan mengapa kamu tidak tanyakan keapada mereka apakah kalian puas hidup di dunia ini?? Pasti mereka akan jawab kami tidak pernah puas hidup di dunia ini.  Kalau begitu mereka tidak pernah merasakan kebahagiaan??  Akupun mejawabnya sendiri mereka tidak pernah merasakan yang namanya kebahagiaan dan ketentraman selagi mereka kufur.
Lalu aku mengambil kesimpulan bahwa untuk dapat menggapai bulan yang hakiki adalah kembali pada Allah, Yaitu bertakwa keapadanya. Apapun profesimu janganlah lupa anda hanya seorang hamba yang harus tunduk pada sang pencipta karena dengan itu kamu akan mendapatkan bulan dan bintang di ikuti oleh ketentraman jiwa dan keridhoan sang pencipta.
Jangan berpikir bahwa dengan kembali pada sang pencipat kita tidak bisa berkarya, ini adalah persepsi yang salah lagi fatal, taukah kekuasaan islam pada masa pemerintahan Dinasti bani Umayyah dan Abbasyiah?? Sungguh sangat luas dan itu semua dengan ketakwaan mereka. Taukah anda siapa Harun Arrosyid dan Umar bin Abdul Aziz yang rakyat pada saat itu tidak ada lagi yang berhak menerima infak sadakah dan zakat?? Semua itu karena ketakwaan pemimpin kepada sang pencipat.
Aku berkata keapada  orang-orang yang tidak bisa berkarya dengan kembali pada Allah, bahwa mereka adalah orang-orang yang awam masalah agama dan selamanya mereka tidak akan pernah merasakan kedamaian dan ketentraama dalam jiwa mereka.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar