Pada tgl 10 maret 2011, saya bertemu dengan seorang mahasiswi, terjadi perbincangan di antara kita berdua, tiba-tiba aku mengatakan kepadanya: ohya, ini saya membawa pamflet seminar nasional. ia berkata kembali: ohya coba saya lihat? selahkan. saya menjawab.
semuanya itu kita perbincangkan dengan memakai dialek Ternate, karena kita berdua berasal dari daerah kepulauan itu.
tiba-tiba ia berkata: apakah bisa saya menitipkan uang untuk masukkan nama saya keseminar tersebut? tapi saya tidak mau ikut. saya berkata kenapa memang?? ia menjawab: saya hanya membutuhkan sertifikatnya saja, sebagai tunjungan ketika wisudah nanti, karena kalau kita mau mengambil gelar S1 harus ada sertifikat juga yang , mendukung.
dari perkataannya itu, kata hatiku ?? saya yakin dan percaya tidak semuanya, tapi minimal perkataan ini sudah mewakili sebagian mahasiswa yang berada di indonesia hususnya di kota makassar, dan paling tidak, menunjukan buruknya tujuan pembelajaran di indonesia.
dari permasalahan ini saya takutkan akan muncul orang-orang menyandang titel berbaret muka belakang nama, tapi kwalitas nol besaar, karena yang mereka rebut adalah titel dan pekerjaan bukan lagi keahlian.
kalau sudah seperti ini siapa lagi yang akan kita percaya?
sungguh sebuah titel atau gelar hanyalah sebuah nama, untuk bisa kita kenal.
dan marilah kita menyandang itu dengan cara yang benar bukan dengan memanipulasi data dan lain sebagainya.
selamat atas orang-orang yang sudah bersusah payah untuk memperoleh gelar dengan tujuan yang muliah.....untuk kehidupan dunia akhirat yang lebih baik. آمـــــــــــــــــــــيـــــــــــــــــــــــــن
Tidak ada komentar:
Posting Komentar