Beberapa
bulan yang lalu saya dan beberapa teman saya dari kampus sempat tugas disebuah
desa daerah Makassar, kami berada didesa tersebut hanya 40 hari, adapun tugas
saya hanya mengisi khutbah, mengajarkan anak-anak di Masjid dan mengajarkan
bahasa Arab kepada anak-anak.
pada
hari yang ke Empat puluh satu, kami beranjak pamitan kepada tuan rumah dan
warga sekitar untuk balik ketempat asal kami, dan dalam perjalanan, saya
menggunakan siwak {sebuah sunnah menjaga kebersihan}.
Dan
dalam perjalanan ada barang-barang teman yang dibawah salah seorang warga
jatuh, karena ikatannya tidak kuat, akhirnya kami berhenti sejenak memperbaiki
ikatan barang-barang kami.
Dipemberhentian
tersebut, saya asik dengan bersiwak, membersihakn gigi-gigi saya, seketika itu ada salah satu teman yang agak
menjengkelkan dalam empat puluh hari kami, karena orangnya bodoh agama, tapi
bicara ngaur masalah agama, kelihatan ingkar sunnah itu anak wallahu a'lam.
Tapi ketika melihat saya menggunakan siwak dia langsung bertanya apa itu?
saya: siwak
saya: siwak
Dia
: untuk apa?
Saya
: ya untuk membersihkan gigi,
Dia
: iiiih, jorok, masa pakai yang begituan? Emangnya tidak ada sikat gigi apa?
Sungguh jorok.
Dia
sambung dengan kata-kata yang tidak enak didengar, sayapun tersingguh dan marah
saat itu, tapi saya tidak mengamuk, hehe. Tapi saya tampakkan diwajah saya
bahwa saya sedang marah.
Dari
perkataan dia tersebut beberapa teman yang lain ikut tertawa kecuali satu
orang, karena dia ustad. Jadi dia hanya bisa diam.
Wahai
sobat, kami berlindung kepada Allah agar kami tidak termasuk orang seperti itu,
karena perkataan seperti itu, tidak terasa kami telah murtad dari Islam yang
kita akui bahwa kami Islam.
Mungkin
sobat merasa bingung dan bertanya-tanya, kok bisa murtad? Kan hanya perkataan
dan mungkin dia hanya berkata atau bermain-main atau bercanda.
Kalau
ini yang kita jadikan argument, coba mari kita baca bersama firman Allah
berikut:
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ
لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ قُلْ أَبِاللَّهِ وَآَيَاتِهِ
وَرَسُولِهِ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ (65) لَا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُمْ
بَعْدَ إِيمَانِكُمْ إِنْ نَعْفُ عَنْ طَائِفَةٍ مِنْكُمْ نُعَذِّبْ طَائِفَةً
بِأَنَّهُمْ كَانُوا مُجْرِمِينَ (66)
artinya:
Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan manjawab, "Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja." Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?"
Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami memaafkan segolongan kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa. (QS. Attaubah:65-66)
Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan manjawab, "Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja." Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?"
Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami memaafkan segolongan kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa. (QS. Attaubah:65-66)
Sobat tau apa sebab turunnya ayat ini? disebutkan dalam Tafsir Ibnu kasir tentang sebab turunnya
ayat ini yaitu:
Bahwa ada seorang laki-laki berkata: tidaklah kami
melihat seperti para pembaca kami ini (pembaca Al-qur'an dan kalangan sahabat
termasuk Rasul) mereka orang yang paling
pembohong lisan mereka dan orang yang rakus perutnya dan orang yang penakut
ketika bertemu. Dan pada saat itu ada seseorang dari kalangan
sahabat, ketikan mendengar ucapan tersebut
dia menjadi marah dari perkataan itu. Kemudian dia pergi dan
menyampaikan kepada Rasulullah apa yang mereka katakan, dan ayatpun telah turun
maka datang kaum tadi yang mengatakan perkataan diatas dengan penuh rasa
bersalah dan mengatakakan kepada Rasulullah dan Rasulullah pada saat itu berada
diatas kendaraanya karena hendak bepergian, dan mereka berkata wahai
Rasulullah:
sesungguhnya
kami hanya membicarakan tentang tunggangan, yang dengannya hanya menjadi
hiburan dalam bepergian dan kami tidak bermaksud meremehkan dan memperolok-olok akan tetapi
kami hanya bermaksud bercanda.
Dan
Rasulullah Shollahu 'Alaihi Wasallah tidak menengok kepadanya akan tetapi dia
membacakan Ayat diatas.
Sobat
coba perhatikan dengan ayat diatas yaitu:" Tidak usah kamu
minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman." Ini menunjukkan bahwa sebelum mereka katakan
perkataan diatas yaitu mengatakan : (pembaca Al-qur'an dan
kalangan sahabat termasuk Rasul) mereka
orang yang paling pembohong lisan mereka dan orang yang rakus perutnya dan
orang yang penakut ketika bertemu.
orang yang mengatakan perkataan ini sebelumnya
mereka beriman namun ketika canda mereka dengan memperolok-olok, mereka menjadi
murtad dari Islam disebabkan perkataan mereka ini.
Wahai
sobat, oleh karena itu, kita harus berhati-hati dalam bekata, jangan sampai
kita bercanda dengan ayat-ayat Allah atau sunnah Rasulnya atau para sahabatnya.
Tapi
kenyataan yang kita dapat sekarang ini nauzu billah minzalik, berapa banyak
saudara-saudara kita memperolok-olok dan mengejek sunnah Rasul Shollahu 'Alaihi
Wasallam. Seperti, orang yang memakai jenggot kaya kambing, orang yang celananya
diatas mata kaki kebanjiran, orang yang menggunakan siwak katro sebagaimana kasus diatas, dan
lain-lain. Dan tanpa terasa mereka telah murtad dari agama yang kita cintai
ini.
Dan
sobat perlu tau juga bahwa benci dengan apa yang Rasulullah datang dengannya
maka ia termasuk orang yang seluruh
amalan kebaikannya terhapus dan sia-saia, berdasarkan Firman Allah dalam surat
Muhammad ayat delapan dan sembilan yang artinya:
"Dan orang-orang yang kafir, maka
kecelakaanlah bagi mereka dan Allah menyesatkan amal-amal mereka. Yang demikian
itu adalah karena Sesungguhnya mereka benci kepada apa yang diturunkan Allah
(Al Quran) lalu Allah menghapuskan (pahala-pahala) amal-amal mereka."(QS.
Muhammad:8-9)
Dan
hanya kepada Allah kita berlindung agar tidak termasuk orang yang
mengolok-ngolok sunnah Rasul Shollahu 'Alaeh Wasallam.