Aku
ingin menikah
Kata
nikah, ia kata nikah, salah satu kata
yang tidak asing lagi pada diriku, kata ini sering terucap oleh saya dan
beberapa teman saya ketika sedang berbicara atau ketemu.
Kami
sering menggunakannya dalam bahasa Arab yaitu:
mata zawaaaj/mataa nikaaah: kapa nikah??? Atau kapan kawin???
mata zawaaaj/mataa nikaaah: kapa nikah??? Atau kapan kawin???
Jika
saya ditanya sama teman-teman saya hanya bisa menjawab:
ba'da assanawaaat: beberapa tahun lagi. Dan kemudian saya melanjutkan dengan sebuah ucapan: kullu aatin qoriiib: semua yang akan datang itu dekat. Termasuk nikah.
ba'da assanawaaat: beberapa tahun lagi. Dan kemudian saya melanjutkan dengan sebuah ucapan: kullu aatin qoriiib: semua yang akan datang itu dekat. Termasuk nikah.
Tapi
terus terang, aku tidak pasti tahu siapa yang akan mendampingi diri ini nanti
didalam mengarungi bahtera kehidupan, aku tidak tahu siapa yang akan menjadi
pelipur laraku dikala sedih, aku tidak tahu pasti siapa yang akan tersenyum
dikala akau memasuki rumahku nanti.
begitu banyak wanita yang kutemui banyak pula ragam sifatnya.
semua layak kujadikan Istri tapi mungkin ada satu dan lain hal yang membuat saya tidak berani untuk mengkhitbahnya: melamarnya.
begitu banyak wanita yang kutemui banyak pula ragam sifatnya.
semua layak kujadikan Istri tapi mungkin ada satu dan lain hal yang membuat saya tidak berani untuk mengkhitbahnya: melamarnya.
Kalau
bisa dikatakan saya salah satu yang dikategorikan orang yang telah boleh nikah,
diusia saya seperti ini, membutuhkan seorang yang bisa diajak untuk berbagi,
membutuhkan seorang teman ngobrol dikala sendiri, membutuhkan seseorang yang
dapat diajak makan bersama.
Namun
itu hanya sebuah hayalan, itu hanya sebua impian karena aku tidak tahu pasti
siapa sang bidadari yang akan menemani
hidupku.
Dikala
keinginan nikah yang begitu besar bergejolak didakal diriku kadang memberanikan
saya untuk melamar seorang wanita, tapi saya berpikir seribu kali, saya tidak
tahu apakah pikiran itu wasa-was dari syaethon atau memang itu firosyat yang
benar:
Saya
berpikir seperti ini:
Kalau
saya menikah, apa yang akan saya memberikan kepada Istri saya, harta tak punya,
okelah Allah rozzaaq (maha pemberi rizki) tapi ada satu lagi yang kadang
menghalangi saya, yaitu saya selalu berkata dalam hati saya: apa yang saya
punya, Ilmu? : blank. Hafalan qur'an yang harus saya banggakan?: blank.
Itu
dia persoalannya: saya tidak memiliki apa-apa dari ilmu, saya takut kalau saya
menikah nanti menyibukkan diri saya dari belajar. Oleh karena itu saya hanya
bisa berharap dan berdoa semoga saya mendapatkan seorang bidadari yang
mendukung saya agar tetap bisa belajar, walaupun hidup kita pas-pasan. Karena saya
merasa tenang , bahagia dan nyaman ketika belajar.
kadang
kala mengangkat wajahku kelangit dan berkata, ya Alla ! siapa pasanganku, siapa
yang akan menjadi sang Istri, siapa dia ya Allah. Aku hanya bisa berharap
semoga aku cepat dipertemukan dengannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar