Singa-singa al-Qur'an kan selalu ada di atas bumi, walau bumi terlihat bergemuruh dan berkecamuk.
Mereka selalu melangkah dengan budi pekerti menawan, dunia bukan tujuan hidup mereka, tapi dunia sebagai sarana tuk menggapai tujuan mereka.
Hidup mulia menjadi pilihan di setiap dada mereka, atau mati dengan penuh kehormatan berbuahkan surga.
Mereka bukan tipikal orang pecundang nan dungu, mereka hidup penuh optimis, cita dan asa yang tak mudah lekang oleh masalah.
Jiwa-jiwa mereka membaja, menjadikan orang-orang dahulu dari anbiya dan para sahabat sebagai tauladan.
Tak peduli, walau tubuh berlumuran darah, mereka maju tak mengenal menyerah, sampai takdir memutuskan mati atau menang dengan mematahkan senjata-senjata musuh.
Jiwa-jiwa mereka satu nan kokoh, telah mereka peruntuk tuk pemilik jiwa. Allah telah membeli jiwa-jiwa mereka dengan bayaran ridho-Nya berbuahkan surga.
Kemenangan yang nyata lebih mereka sukai atau mati mendapatkan surga yang kekal.
Bersatu dalam al-Qur'an lebih mereka sukai dari pada bercerai-berai dengan partai.
Tidak ada obat hakiki untuk hati mereka, kecuali al-Qur'an. Mereka jadikan al-Qur'an sebagai cahaya yang akan menerangi kubur mereka.
Mereka tidak menginginkan nama mereka menggema di jagad raya, tapi mereka menginginkan nama mereka di kenal di langit sana, dan dengan izin-Nya nama mereka pun di antaranya ada yang menggema di jagad raya.
Kalima-kalimat Rabbul Izzati, dapat membuat air mata mereka berderai. Hati mereka luluh dengan lantunan indah ayat-ayat-Nya.
Itulah jalan para singa-singa al-Qur'an, mereka berdiri di barisan para pembawa petunjuk tanpa gentar dan takut dicela.
Irsun Badrun
Darul Abrar 23 Juni 2014