Rabu, 19 Desember 2012

Fi Kuli Ro'sin Ro'yun



Bismillahirrohmaanirrohim,
Sahabat yang mulia, kita adalah manusia yang diciptakan Allah dari bahan yang sama, tapi bentuk kita berbeda, mungkin sama-sama punya tangan, kaki, mata dan lain-lain, tapi tidak ada unsure kemiripan 100 %.
Begitu juga dengan otak dan sifat kita, tentunya disetiap kita mempunyai cirri khas yang sangat berbeda, dan mungkin juga ada yang sama, tapi kebanyakan perbedaannya dari  pada perbedaan. Hal ini sejalan dengan sebuah pepatah arab mengatakan fikulli ro’sin ro-yun yang artinya disetiap kepala seseorang mempunya sebuah pendapat.
Kalau saja pola pikiran kita sudah berbeda, maka sudah tentu sifat dianatara kitapun akan memiliki perbedaan, mungkin ada yang galak ada juga yang ramah, ada yang sopan ada juga yang tidak sopan, ada yang pendiam ada juga yang banyak ngocek, ada yang cepat bosa ada juga yang tidak cepat bosan, ada yang cepat mencintai dan sulit untuk melupakan atau kebalikannya juga.
Hal itu semua kehidupan keseharian mengajari kita, pengalaman hidup ini mengajari kita akan adanya hal itu, salah satu yang saya dapatkan adalah:
Dalam sebuah kerja organisasi, didalam rapat  ketika saya mengajukan sebuah pendapat, maka ada pendapat lain yang berbeda dengan saya. Atau dalam hal percintaan ada yang saya dapati dia mencintai seseorang hanya sesaat, orangnya cepat bosan. Dan sungguh para orang seperti ini.
Dan ada sebuah pengalaman juga yang membuat saya terkapar adalah seseorang yang kusapa denan salam dan selamat pagi, dengan begitu anggap biasa saja, ternyata orangnya merespon dengan kata-kata yang tidak mengenakkan. Padahal dalam pikiran saya dia seperti orang kebanyakan yang saya kenal.
Ada juga seseorang yang pernah saya kenal dalam sebuah organisasi,  dalam sebuah perdebatan lewat sms, dan saya ingin mencairkan suasana, ternyata saya salah, hal yang saya lakukan untuk beberapa teman saya mala menjadi lebih keruh. Sampai hubungan silaturrahmi hamper  saja terputus.
Ada juga yang mungkin berbeda suku atau adat menyebabkan  juga kita berbeda dalam sifat dan pola piker kita, disalah satu suku, jika kita memegang kuping mereka atau memberik hukuman dengan menjewer telinga mereka. Maka mereka akan marah habis-habisa Karena ini merupakan pelecehan, atau hanya menyentuh kepala mereka, maka mereka langsung agresif memarahi kita, karena kepala merupakan symbol kehormatan sehingga tidak boleh disentuh.
Atau mungkin kebalikan dari itu, di Arab, ketika kita memegang jenggot mereka maka mereka  menganggap ini merupakan sebuah penghormatan bagi mereka, tapi kalau kita menyentuh pantat mereka, maka mereka menganggap ini sebuh pelecehan. Sehingga mereka akan merespon dengan rasa marah yang amat sangat.
Wahai saudara yang mulia, mulailah mengenal sifat temanmu dari sekarang, agar kamu bisa meminimalisir  kemarahannya. Mulailah kenal seseorang sebelum engkau memulai untuk bergaul dan berbicara. Tempatkanlah segala sesuatu pada tempatnya. Jika anda sedang berbicara dengan seorang petani, maka gunakanlah kode etik petani, jika seoran anak maka gunakanlah kode etik soerang anak, atau kepada siapa saja.
Semoga tulisan yang singkat ini dapat memberikan pelajaran kepada kita semua, dan aku berdoa kepada Allah untuk bisa selalau mengampuni dosa-dosa kita dan digolongkan kepada hamba-hambanya yang beruntung aaamiin ya robbal ‘aalamiin.

Senin, 10 Desember 2012

Harapan Sebuah Desa


Tepat pada tanggal tujuh sore bulan desember, saya dan teman saya Andika beranjak menuju sebuah desa yang masi perawan, sebuah desa yang masi dimanjakan dengan keindahan sekitar.
Kepergian kami ke Desa ini adalah yang kesekian kalinya, yang sebelumnya kami perna pergi dan menetap dikampung tersebut kurang lebih satu bulan. Disaat kami tiba pada kali pertama di desa tersebut sungguh sangat memprihatinkan, bukan memprihatinkan dari segi ekonomi, tapi lebih penting dari itu, hamper saja mereka tidak tau apa itu Alif, Ba, Ta, dan seterusnya.
Mungkin itu tidak terlalu parah, yang sungguh dahsyat lagi, mereka hampir tidak tau apa itu agama Islam, sampai  empat buah Masjid didesa itu sepi dari para orang yang sholat.  Pembuatan  Balo atau bahasa kasarnya adalah Khomar, menjadi mata pencarian mereka. Yang awalnya mereka memproduksi gula merah, karena harga jualnya yang begitu murah dan pembuatannya yang begitu sulit, merekapun berbalik haluan memproduksi Khomar dan kemudian dipasok Ke Makassar.
Pada awal pertama kami berada didesa itu, kami nikmat keidahannya, kami bahagia, kami tenang dengan keramahan warga, mereka terima kami dengan penuh kehangatan, tapi disisi lain kami mempunyai tanggung jawab yang membuat kami risau, membuat kami tidak tenang, membuat kami tak bisa tidur nyenyak. Akhirnya saya dengan kawan saya memulai menghidupkan masjid, walaupun jarak antara masjid satu dengan masjid lain begitu jauh, kami kelilingi semuanya. Dan perlu dicatat juga, jalan untuk menuju masjid lain tidak senyaman yang kita bayangkan. Kalau jalan kaki lomayan jauh dan kalau pakai motor sungguh menantang keran tanjakan naik dan turun yang begitu tajam.
Pada awal kami mengajar disetiap masjid, anak-anaknya sangat antusias dan sopan-sopan dalam mengikuti proses belajar mengajar, hanya satu yang membuat kami prihatin, ternyata sebagian besar, anak-anak tidak mempunya Al-Qur’an dan Iqro.
Saya dengan teman saya memulai memutar pikiran, bagaimana biar anak-anak bisa belajar dengan tenang dan dilengkapi dengan fasilitas yang sangat primer, yaitu mencarikan mereka Al-Qur’an dan Iqro serta  buku-buku islami.
Kemudian saya buatkan proposal baik untuk pribadi maupun untuk instansi pemerintahan, serta saya coba memanfaatkan jejaringan social untuk mencari bantuan Al-Qur’an dan Iqro.  Dan Alhamdulillah beberapa teman di jejaringan social, baik diketahui orangnya atau tidak. Sebagian mereka ada yang mengirimkan 500rb,200rb dan lain-lain sehingga dana yang terkumpul saat itu berjumlah 3 juta. Dan Alhamdulillah kami telah belikan buku-buku Islam dan AL-qur’an serta Iqro, dan semua terbagikan.
Adapun dari instansi pemerintah, sungguh sangat pelit yaitu DEPAG, padahal ini menjadi tanggung jawab mereka, mereka hanya memberikan lima buah Al-Qur’an, tapi Alhamdulillah. Semua anak-anak yang jumlahnya sekitar 150 orang lebih bisa memiliki Al-Qur’an dan Iqro serta buku-buku Islam lainnya.  Dan kami juga belikan mereka poster tata cara sholat dan wudhu.
Setelah kami selesai satu bulan lamanya dikampung itu, kamipun beres-beres untuk kembali ketempat asal kami. Karena kami hanya mahasiswa biasa yang ditugaskan satu bulan lamanya.
Sungguh haru pada saat kami pergi, semua anak-anak mencurahkan air mata mereka, karena beratnya melepaskan kepergian kami. Dan begitu juga kami, sungguh sangat berat meninggalkan mereka, padahal kami belum memberikan mereka apa-apa.
Tapi saya dengan teman saya bertekat untuk bisa mengunjungi kampong itu seminggu sekali, tapi ada beberapa yamg membuat kami keberatan, kendaraan yang tidak punya, jalan yang menantang serta jauhnya jarak yang harus ditempuh, dengan motor dengan gas normal dapat ditempuh dalam dua jam atau lebih. Adapun angkut, didesa ini hanya memiliki dua angkut.
Tapi niat dan semangat kami dapat menghilangkan semua kesulitan dengan pertolongan Allah. Adapun teman saya Andika bliau adalah orang yang paling konsisten untuk pulang pergi apalagi ketika dia mempunya motor kredit. Hamper tiam minggu dia pulang pergi kedesa tersebut. Sedangkan saya, pas Ramadhon kemarin, saya harus pergi ketanah jawa, karena ada keperluan disana.
Tapi sunggu disayangkan, teman saya yang hamper tiap minggu kesana. Dia hanya bisa memegang satu masjid, adapun yang lain terlantar dan tak ada yang mengajarkan anak-anak. Mereka dapat diajar ketika saya juga ikut.
Sudah beberapa kali kami mengundang teman-teman kami untuk ikut bersama kami dikampung tersebut dengan memakai transportasi pribadi dan ongkos pribadi, mereka bersedia ikut. Dan kemarin pas tnggal 7 Desember 2012 saya dan teman saya Andika pergi pada waktu hujan-hujan disore hari, dan tiba dikampung tersebut malam sebelum Isya.
Dan keesokan harinya lagi disusul sama empat orang teman kami. Setelah melihat mereka saya tersenyum, dan ketika kami sedang berkumpul, sayapun berkata, “kalau insinyur soekarno mengatakan dia hanya membutuhkan sepuluh orang pemuda untuk merubah Indonesia, maka saya hanya membutuhkan enam orang pemuda untuk merubah desa ini.
Kamipun membagi tugas, ada yang azan dimasjid Bonto te’ne, ada yang di Je’ne Je’ne, ada yang di Jabal Nur. Sekaligus mengajarkan anak-anak. Adapun didusun yang satunya lagi, karena waktu kami sampai ada pengajarnya, maka kami tidak main kemasjid itu. Dan tempatnya juga sungguh menantang.
Dan sungguh menyedihkan ketika saya mengajarkan seorang anak yang namanya Anita Sari, ngajinya terbata-bata, padahal udah Iqro enam. Sayapun bertanya, kenapa ngajinya jadi begini? Padahal dulunya kamu pinter dan bacaanya bagus.  Dia menjawab: sudah lama, saya tidak ngaji, tidak ada yang ajarkan.
Sepintas saya terdiam dan sedih, mau salahkan siapa?? Terpaksa saya hanya bisa salahkan diri sendiri. Dengan penuh optimis saya ajarkan lagi itu anak, dan dengan berkata yang lembut, saya mencoba membujuknya untuk mau turun pada Iqro Lima. Kelihatan dia agak sedih, tapi mungkin dia berpikir betul juga ya. Akhirnya dia mau  juga.
Karena kami hanya dua hari disitu, sayapun janji mreka untuk datang ngaji juga pada waktu zuhur. Dan Alhamdulillah mereka masi tetap antusias untuk datang, mereka semangat, mereka penurut, yang tidak sama dengan anak kota pada umumnya.
Dan pada pagi hari dihari minggu kami, ajak semua anak-anak tuk olah raga bersama di halaman sekolah, kami olah raga yang pertama kali dipimpin oleh saya langsung, kemudian saya serahkan keteman saya yang memang dia berpengalaman dalam masalah olah raga, diapun pimpin anak-anak untu olah raga kebugaran tubuh. Uniknya disetiap hitungan pada olah raga tersebut, kami pakai hitungan bahasa Arab bahasa Inggris , bahasa Indonesia dan bahasa Makassar. Sehingga anak-anak dengan semangat mengikutinya.
Setelah selesai dari merefresh tubuh-tubuh, kami lanjutkan dengna lomba lari antara anak, kami para kakak-kakaknya merekapun ikut berlomba. Setelah selesai dari berlari dilanjutkan dengan bermain voli.
Seusai dari bermain voli, kami menuju sebuah sungai kecil yang ada didesa itu, anak-anak dipenuhi dengan tawa kegembiraan, karena hal ini jarang  mereka rasakan, yang turun mandi bersama kakak-kakaknya sekaligus guru mereka.
Hari itu memang hari yang sangat gembira dan sungai kecil itu yang bernama Rombengang, akan menjadi saksit bisu kegembiraan anak-anak.
Pada
Pada saat datang waktu ashar pada tanggal Sembilan Desember 2012, saatnya kami pamitan pada anak-anak untuk balik, kami sholat berjama’ah dimasjid Jabal Nur, setelah selesai kami menunaikan sholat berjama’ah, sayapun balikkan tubuh saya dan menghadap kedepan anak-anak.
Dan saya memberikan salam dan mereka menjawabnya, saya memulai dengna hamdalah dan menasehati mereka.  Isi dari nasehat saya hanya ada empat point:
1.     Belajar yang rajin untuk menjadi orang yangs sukses
2.     Jangan lupa sholat lima waktu, jangan perna ditinggalkan
3.     Berbuat baiklah selalu kepada kedua orang tua, apapun keadaan mereka
4.     Doakanlah selalu orang-orang yang kalian cintai, kalau itu orang tua kalian, doakan mereka, kalau guru kalian, doakanlah mereka, kalau teman kalian maka doakanlah merkea.
Pada point yang ketiga dan keempat, para santri nangis, Karena saya mengankat sebuah cerita dengang seorang anak kecil yang bernama “RIMA”. Anak anak nangis teringat orang tua mereka, ditambah lagi kami yang akan pergi pada sore itu juga. Tapi kami katakan kepada merkea Insya Allah kami masi akan balik lagi.
Desa itu bernama Tassese Kecamatan Manuju Kabupaten Gowa Propinsi Sulewesi Selatan, kami harapkan ada sebuah yayasan yang berkenan mengirimkan para da’I yang bisa focus mendidik anak-anak dan masyarakat pada desa tersebut.

By:
Irsun Anwar Badrun